Tuesday, June 21, 2016
Agar Bahagia, Sesuaikan Harapan Pernikahan Anda
Penulis: Cahyadi Takariawan
“Saya sangat kecewa dengan suami saya. Dulu saat awal berkenalan, saya mengira dia adalah sosok lelaki yang romantis. Ternyata tidak ada sisi romantisnya sama sekali. Dia adalah lelaki yang egois,” keluh seorang istri di ruang konseling.
“Saya sangat kecewa dengan istri saya. Dulu saya berharap memiliki istrinyang penuh kelembutan. Tidak saya duga ternyata dia adalah perempuan yang sangat galak dan berani kepada saya”, ujar seorang suami di ruang konseling.
Dalam kehidupan pernikahan, semua orang tentu memiliki harapan tentang pasangan hidup ideal yang diinginkan, serta kondisi keluarga yang dicitakan.
Berbagai harapan ideal ini tentu sesuatu yang sangat wajar dan diperlukan dalam rangka untuk melakukan hal terbaik sejak proses pernikahan hingga saat menjalani hari-hari dalam kehidupan berumah tangga. Dengan harapan itu, akan membuat seorang laki-laki dan perempuan lajang memilih jodoh terbaik yang bisa diusahakan, serta menciptakan kehidupan rumah tangga terbaik yang mampu diupayakan.
Namun harus dipahami hidup berumah tangga itu tidak flat. Tidak selalu akademis, yang bisa diprediksi dengan rumus-rumus tertentu. Menjalani kehidupan pernikahan adalah tentang mengerti, memahami serta menyesuaikan karakter diri dan pasangan.
Kita belajar terus menerus untuk mengerti, memahami dan menyelami sifat, karakter dan kejiwaan pasangan. Kemudian berusaha untuk menyesuaikan dan menyelaraskan dengan sifat, karakter serta kejiwaan kita sendiri. Ini proses yang cukup rumit pada mulanya, namun akan mudah didapatkan dengan kesungguhan dan ketekunan.
Agar Tidak Mudah Mengalami Kekecewaan
Harapan yang sangat ideal tidak serta merta bisa didapatkan hanya karena kedua belah pihak dari suami dan istri sudah menyatakan janji untuk hidup bersama dalam suka dan duka.
Kenyataannya, hampir semua pengantin sudah menyatakan janji untuk hidup bersama dalam suka dan duka, namun nyatanya masih sangat banyak pasangan bercerai padahal usia pernikahan mereka masih sangat muda.
Hal ini menandakan berbagai harapan itu tidak selalu bisa menjadi kenyataan, dan kenyataan tidak selalu bisa diterima dengan sikap yang lapang.
Agar kehidupan berumah tangga tidak mudah diwarnai dengan kekecewaan, hendaknya pihak lelaki dan perempuan memperhatikan hal-hal berikut ini:
Mengukur Tingkat Harapan
Harapan yang terlalu tinggi adalah salah satu penyebab dari pernikahan tidak bahagia. Berharap terlalu banyak dari pasangan akan memperbanyak kekecewaan pula.
Maka hendaklah sejak awal calon pengantin bisa mengukur tingkat harapan terhadap pasangan, agar tidak berlebihan. Jangan takut memiliki harapan, namun hendaklah bisa mengukur tingkat harapan agar peluang untuk didapatkannya lebih besar dan lebih memungkinkan.
Pernikahan harus didasarkan pada harapan yang realistis, yang dapat dipenuhi oleh diri sendiri dan pasangan. Dengan harapan yang terukur, akan lebih memudahkan untuk mendapatkan dalam kehidupan keseharian.
Ingatlah bahwa anda dan pasangan hidup anda hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Anda hidup di alam nyata, bukan di dunia maya, bukan di dunia sinetron. Maka memiliki harapan yang berlebihan sudah mengingkari kenyataan tentang keterbatasan manusia.
Jika salah satu dari suami dan istri mengharapkan hal-hal ideal di luar kemampuan pasangan untuk mewujudkannya, pernikahan mudah mengalami kekecewaan.
Sesuaikan Harapan dengan Kenyataan
Pada saat menikah, silakan membangun harapan yang indah. Namun setelah menikah, semua orang harus bersedia menyesuaikan harapannya. Jika harapan ideal terhadap pasangan tidak bisa didapatkan, harus bersedia menyesuaikan diri dengan realitas yang ada.
Jika harapan tentang kehidupan rumah tangga seperti yang diceritakan novel roman tidak bisa didapatkan, harus bersedia menyesuaikan dengan keadaan.
Ada orang yang under-estimate, memiliki harapan terlalu rendah terhadap pasangan. Ketika dalam kehidupan pernikahan ternyata mengalami hal-hal luar biasa, tentu harus bisa menyesuaikan diri bahwa pasangan ternyata adalah seorang yang istimewa. Jauh lebih hebat dari yang dibayangkan sebelumnya. Untuk yang seperti inipun, harus bersedia menyesuaikan dengan kenyataan yang dihadapi.
Sebaliknya, bagi orang yang terlanjur memiliki harapan terlalu tinggi, dan ternyata setelah menikah didapatkan kenyataan yang sangat jauh dari ideal, hendaknya mampu menyesuaikan diri. Turunkan standar harapan, dan sesuaikan dengan realitas yang sedang dihadapi.
Pasangan anda bukan makhluk sempurna, ia hanyalah manusia biasa, sama dengan anda. Wajar jika ia tidak ideal, dan memiliki sejumlah kekurangan.
Sediakan Ruang Kompromi
Jika memiliki harapan terlalu berlebihan dan tidak menyediakan ruang kompromi, yang akan muncul hanyalah ledakan kekecewaan. Ruang kompromi harus disediakan oleh kedua belah pihak untuk menjamin tercapainya keseimbangan harapan dan kenyataan.
Dialog intensif dan obrolan dari hati ke hati yang dialkukan secara rutin oleh suami dan istri, menjadi cara untuk membentuk ruang kompromi tersebut.
Kedua belah pihak saling menyampaikan harapan, saling menyampaikan keinginan, dan kedua belah pihak berusaha untuk memenuhi harapan pasangan semampu yang bisa dilakukan. Pada prinsipnya, setelah menikah kedua belah pihak harus berusaha untuk menjadi seseorang seperti harapan pasangan. Bukan lagi menjadi diri sendiri. Ini konsekuensi dari adanya pernikahan, yang membedakan dengan kehidupan semasa lajang.
Ruang kompromi ini menandakan adanya usaha perbaikan. Pada dasarnya semua orang bisa melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan lebih positif. Ini memerlukan usaha serius dari kedua belah pihak untuk menjadi diri yang lebih baik, yang lebih menyenangkan pasangan, yang lebih sesuai harapan pasangan.
Bukan berarti pasrah begitu saja tanpa ada usaha menjadi lebih baik. Suami dan istri harus bersedia untuk berubah menuju situasi dan kondisi yang selalu lebih baik, sehingga lebih mendekati harapan bersama.
Bantu Pasangan untuk Menjadi Lebih Baik
Agar pasangan lebih mudah memenuhi harapan anda, bantulah ia untuk menjadi lebih baik. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk berubah dan berusaha memenuhi harapan anda.
Jangan hanya menuntut dan memarahi pasangan atas kondisi yang tidak sesuai harapan, namun berikan suasana nyaman agar pasangan bisa menyesuaikan diri. Demikian pula sebaliknya, sesungguhnya anda juga memerlukan bantuan pasangan anda untuk bisa menjadi lebih baik.
Pasangan suami dan istri itu ibarat cermin. Satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan saling memberikan kontribusi. Maka mereka berdua harus kompak saling menguatkan dan saling membantu untuk mencapai kondisi sesuai harapan.
Istri memerlukan pengertian dari suami, ini yang sangat membantunya bisa lebih baik. Suami memerlukan kepercayaan dari istri, ini yang akan membantu suami untuk bisa lebih baik.
Nikmati Kebahagiaan Bersama Pasangan
Karena semua orang memiliki kekurangan dan kelemahan dan tidak ada orang sempurna, maka nikmati saja semua kondisi yang dihadapi. Setelah melakukan usaha perbaikan, mencoba melakukan hal-hal terbaik untuk menyesuaikan diri dengan harapan pasangan, pasti tetap saja dijumpai sisi-sisi kekurangan dan kelemahan yang sangat manusiawi.
Dalam situasi seperti inilah, berlaku prinsip “terimalah apa adanya”, karena berbagai usaha untuk berubah menuju lebih baik sudah dilakukan.
Sesungguhnya pasangan suami istri tetap bisa mendapatkan kebahagiaan walaupun kondisi mereka tidak sempurna. Karena memang tidak perlu sempurna untuk bisa bahagia.
Kebahagiaan itu milik dan hak siapapun yang pandai menemukannya. Kita bisa menemukan kebahagiaan itu dalam semua peristiwa kehidupan kita, bahkan dalam berbagai situasi kekurangan dan keterbatasan sekalipun.
Suami yang tidak sempurna hidup bersama istri yang tidak sempurna, mereka saling mengerti dan menerima apa adanya, inilah letak kebahagiaan. Suami yang banyak kekurangan hidup bersama istri yang banyak kekurangan, kemudian mereka bisa saling memahami dan menghormati, di sini terdapat kebahagiaan. Maka nikmati hidup berumah tangga dengan pasangan anda, di tengah berbagai kelemahan dan ketidaksempurnaannya.
Selamat merayakan kebahagiaan bersama pasangan anda yang tidak sempurna.
sumber: http://www.kompasiana.com
Labels:
Opini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment