Thursday, June 23, 2016

Minuman Soda Cap Badak Khas Siantar, Minuman Soda Pertama Indonesia

Berbagai merk minuman bersoda rasanya sudah nggak asing lagi di lidah masyarakat Indonesia. Boleh kita sebutkan semisal Coca-cola, Sprite, Fanta ataupun Pepsi. Persamaannya, semua berasal dari luar negeri. Namun, tahukah anda kalo Indonesia juga punya minuman soda yang tak kalah enaknya dengan merek terkenal tersebut? Bahkan Minuman lokal ini sudah diproduksi seratus tahun yang lalu. Minuman soda legendaris khas Kota Pematang siantar ini layak anda coba. Namanya adalah Soda Cap Badak.

Populer di Sumatera
Pertama kali diproduksi di Pulau Sumatera, minuman cap Badak ini pun sangat populer, lebih tepatnya di Kota Pematang Siantar. Minuman ini lebih mudah ditemukan di Rumah Makan Batak  dan restoran Cina.
Karena tergolong minuman legendaris, penikmatnya pun berasal dari berbagai kalangan. Bahkan penggemar fanatik minuman cap Badak di Kota Pematang Siantar dan Medan cukup banyak. Jadi biarpun seseorang sudah melanglang buana sampai ke daerah atau negara lain, minuman soda cap Badak tetap di hati dan selalu dicari saat pulang kampung.

Sejarah di baliknya
Pastinya banyak yang nggak menyangka, minuman soda cap Badak usianya  100 tahun.
Tahun 1916, pabrik dengan nama NV Ijs Fabriek Siantar didirikan Heinrich Surbeck—pria kelahiran Halau, Swiss—di Kota Pematang Siantar. Perusahaan ini memproduksi es batu dan juga minuman bersoda. Melihat angka tahunnya, minuman ini diproduksi jauh sebelum minuman bersoda lainnya masuk ke Indonesia, seperti Coca-Cola yang diperkenalkan tahun 1927 dan baru diproduksi di Jakarta tahun 1932.
Tidak diketahui persis alasan Pematang Siantar dipilih sebagai lokasi pabrik. Hanya saja kota ini memiliki sungai yang memiliki air yang jernih saat itu sehingga dapat menghasilkan air yang bagus untuk es batu. Di sisi lain, kota yang dikelilingi perkebunan ini  memiliki penduduk dengan kantong tebal, yang berarti pula berpotensi menjadi konsumen mereka pada masa itu. Pada masa lalu pejabat perkebunan dari daerah sekitar banyak beristirahat di Kota Pematang Siantar.
Saat itu, nama cap Badak juga masih diperdebatkan. Namun latar belakang Surbeck sebagai sarjana teknik kimia sekaligus pecinta alam sepertinya menjadi alasan kuat. Konon dia juga seorang kolektor hewan kering dan tumbuhan, dan kala itu hewan badak tergolong langka.
Dalam perjalanannya, minuman bersoda milik Surbeck berkembang pesat. Bahkan ia melakukan inovasi dengan menciptakan berbagai varian rasa soda, mulai dari sarsaparila, anggur, dan jeruk.
lisalubis.blogspot.com

Rasa unik yang khas
Dari sekian banyak varian minuman cap Badak, rasa sarsaparila yang paling disuka karena keunikannya. Varian ini dibuat dari ekstrak tanaman herbal asal Meksiko, menghasilkan rasa lezat dan segar. Minuman ini dikemas dalam botol kaca transparan dengan tulisan ‘Badak’. Yang paling khas tentu saja gambar badak bercula satu yang terpampang di bagian tengah botol.
Cara paling asyik menikmatinya, tentu saja diminum dingin dengan cara dituang ke gelas memakai es batu. Sementara cara minum yang nggak kalah ngetop, dengan cara ditambahkan susu kental manis dan es batu. Rasanya lezat dan segar, mirip dengan soda gembira. Itulah cara yang dilakukan oleh masyarakat Pematang Siantar untuk menikmati minuman cap Badak yang sudah melegenda. 

Nasib minuman cap Badak sekarang
Namun Sayang sekali produksi Badak sekarang agak berkurang. Produksi diperkirakan hanya tinggal separuh dibandingkan dengan pada saat mereka berjaya. Jenis rasa pun berkurang, sekarang hanya tinggal sarsaparila dan air soda. sebenarnya minuman cap Badak masih bisa dikembangkan lagi. Merek Badak yang telah masyhur juga menjadi aset penting sehingga bila usaha ini dikembangkan lagi. Apalagi bagi masyarakat Kota Pematang siantar, minuman cap Badak tetaplah selalu dinanti untuk dicicipi.
Anda berminat?  silahkan kunjungi Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.

No comments:

Post a Comment