Monday, June 6, 2016

Filosofi Hidup dari Permainan Catur





Penulis: Yohanis Malingkas

Siapapun tahu bahwa permainan catur itu menarik. Bagi mereka yang pernah belajar main catur dan suka memainkannya akan mengakui bahwa permainan ini memang sangatlah luar biasa menariknya. Catur memang permainan adu otak sehingga sering disebut salah satu olahraga otak. Dalam memainkan buah buah caturnya setiap pemain harus berpikir bagaimana agar dapat bermain dengan baik dan menang. Konsekwensi bermain catur dalam pertarungan hanya ada 3 capaian: menang, kalah ataukah seri(draw). Semua orang tahu bahwa permainan catur ini dimainkan oleh dua orang yang memegang buah putih melawan pemain yang memegang buah hitam. Papan catur terdiri dari 64 petak hitam-putih berselang seling. 

Dalam pertandingan catur kadangkala menggunakan jam catur dan di pimpin oleh seorang wasit pertandingan. Masing masing buah catur yang dimainkan memiliki peran dan cara melangkah sesuai aturan baku. Raja, Menteri, Loper, Kuda dan Benteng serta pion (bidak) dilangkahkan sesuai aturan yang sudah baku. Tujuan setiap pemain catur bagaimana agar dapat mematikan raja lawan ataukah membuat lawan menyerah. Jadi dalam permainan catur ini ada strategi dan taktik bermain sehingga dapat memenangkan pertarungan diatas papan catur. Nah, apabila kita menelusuri permainan menarik ini disana terkandung suatu filosofi hidup. 

Filosofi yang dapat diserap oleh seorang pemimpin bagaimana pemimpin ini memanfaatkan potensi fungsi buah catur ini dengan prinsip manajemen pemberdayaan potensi untuk menggerakkan mereka yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan akhir organisasi yang dipimpinnya itu. Taktik dan strategi apa yang akan digunakan untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan memajukan dan memenangkan pertarungan. Selain itu, filosofi hidup yang ingin saya kemukakan disini adalah filosofi warna hitam dan putih. Hitam dapat dianggap sebagai lambang kejahatan. Sedangkan putih dilambangkan sebagai kebaikan atau kesucian. Tak dapat disangkali bahwa kehidupan manusia diwarnai dengan hal diantara kejahatan dan kebaikan. Antara hitam dan putih.

 Didunia ini ada teroris yang mengancam umat manusia (hitam) dan ada pihak yang mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan perdamaian dunia. Timbulnya peperangan di dunia ini adalah pertarungan antara yang jahat dan yang baik. Permainan catur terkandung nilai filosofi dasar hitam dan putih merupakan nilai yang perlu diangkat sebagai bagian dari kehidupan umat manusia yang selalu bertarung dalam mempertahankan hidup agar tetap eksis dan lestari berkesinambungan. Kembali ke filosofi catur warna hitam putih dikaitkan dengan kondisi di negeri ini. Lebih dikhususkan dalam dunia pendidikan kita (masih suasana Hardiknas), adalah menarik menyimak tulisan R Aulia bertajuk "Mahasiswa Bunuh Dosn, Pelajaran Buat Dosen :Killer"? dan artikel Susy Haryawan bertema "Pil Pahit Hari Pendidikan Nasional" menjadi "TITIK HITAM" dunia pendidikan kita. Padahal rintisan dari perjuangan mulia Ki Hajar Dewantoro mengharapkan dunia pendidikan kita mengarah kepada terciptanya sumberdaya manusia pembangun yang berbudi pekerti luhur (TITIK PUTIH). 

Rasanya begitu banyak contoh realita kehidupan masyarakat di negeri ini yang mengalami suasana berwarna hitam dan berwarna putih. Ini menjadi pembelajaran bagi kita sebagai insan yang hidup di negeri ini. Saya memiliki harapan besar bahwa setiap kompasianer di Kompasiana berkenan memunculkan artikel-artikel yang mencerahkan dan memotivasi setiap penikmat tulisan di media warga terbesar di negeri ini. Menjadikan Kompasianer sebagai pelopor menggerakkan nuansa warna putih dalam membangun negeri dengan artikel-artikel yang akan memperkecil terjadinya suasana warna hitam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat. Kunci utama semuanya terletak dalam dunia pendidikan karena disanalah tempat manusia manusia Indonesia dibentuk menjadi sumberdaya manusia pembangun. Apabila dunia pendidikan tidak berperan sebagaimana mestinya..apa jadinya negeri ini dimasa depan? Saatnya kita terus menggali dan menemukan solusi permasalahan sehingga dunia pendidikan kita dikatakan masih perlu dibenahi dan ditingkatkan peranannya. Diamanakah letak akar permasalahannya itu yang perlu dicari dan ditemukan. Ingatlah manusia hidup untuk memanusiakan manusia bukan untuk mematikan sesama manusia. Solidaritas sosial perlu di tumbuhkembangkan di negeri ini. Saatnya pemerintah memperhatikan hal ini dan mengaplikasikan dalam setiap program pembangunan.  

Filosofi warna hitam putih dalam permainan catur dapat dijadikan acuan bagaimana kita bertarung sengit dalam dunia pembangunan dengan mengutamakan pembangunan manusia seutuhnya bukan hanya pembangunan proyek fisik dan menara gading saja. Sekali lagi, utamakan pembangunan sumberdaya manusia yang berbudi pekerti luhur yang menjadi warisan nilai perjuangan yang sudah diletakkan dan diwariskan kepada kita oleh para pejuang.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/johanismalingkas/filosofi-hidup-dari-permainan-catur_572981de02b0bd330563a15e

No comments:

Post a Comment