Hampir semua orang menyukai suasana desa. Banyak warga kota memilih berlibur ke desa dan menikmati alamnya yang indah. Ya, desa identik dengan kejernihan dan kesegaran udaranya, pepohonan yang rindang, teduh nan hijau, tidak ada tumpukan debu, ari sungainya dingin, bersih dan segar, dan masyarakatnya yang ramah yang selalu menyambut hangat setiap orang yang bertamu.
Oleh: Hasian Sidabutar
Kandidat Gelar Magister Hubungan Internasional UGM
Kandidat Gelar Magister Hubungan Internasional UGM
Komunitas di desa sangat kompak dan berbudaya tolong-menolong. Di desa banyak serikat tolong-menolong. Setiap ada hajatan, kemalangan, pernikahan, dan kegiatan desa, semua warga mengambil peran di dalamnya. Di desa mudah dijumpai orang-orang yang semangat belajar hal-hal baru yang sifatnya konstruktif. Hasrat untuk maju bisa dirasakan dari testimoni anak-anak disana.
Di desa, kehangatan bertetangga sangat kuat. Hampir jarang ditemui di desa konflik yang berarti atau suasana keributan yang sering kita rasakan di kota. Di desa, ekspektasi untuk berkelimpahan harta tak begitu tinggi. Ekspektasi orang desa ingin hidup bahagia, hidup sederhana dan tak punya banyak masalah, apalagi menciptakan masalah.
Menerapkan hal berkemajuan di desa jauh lebih mudah karena virus egosentris di desa tak begitu menonjol. Mengorganisir masyarakat desa dengan kedisiplinan, inovasi, dan pemanfaatan teknologi secara benar jauh lebih enteng daripada di kota. Yang jelas. Membahagiakan dan memajukan warga desa jauh lebih ringan daripada memajukan warga kota.
Kota sangat beda jauh dengan desa. Kehidupan di kota sangat kuat dengan sifat keras kepala, egois, sombong dan serakah. Ekspektasi hidup di kota juga berorientasi pada hal-hal duniawi saja. Di kota lebih banyak terasa amarah, seperti di jalan raya, di pasar, terminal, stasiun dan tempat lainnya. Banyak orang berlalu lalang disana dengan cakapnya yang kotor.
Di kota tidak banyak hal yang bisa diolah selain berbisnis, karena kini hanya dipenuhi bangunan yang menjulang ke langit. Hasil alam dan tempat untuk bertanam sejenis palawija pun tak tersedia lagi, sudah ditimbun dengan beton. Di kota semua serbaterbatas. Walau perputaran uang dan roda perekonomian jauh lebih pesat disana, namun tak memberi dampak berarti bagi sesamanya masyarakat di desa. Sementara orang desa bersusah payah bercocok tanam dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga kota. Dalam hal ini, saya sedang menekankan bahwa banyak harapan kemajuan yang bisa ditoreh dari desa.
Maju dari Desa
Memajukan sebuah negara adalah hal yang sangat sulit dan membutuhkan proses yang panjang. Indonesia sudah berusia lebih dari 70 tahun sejak kemerdekaannya. Jika diibaratkan manusia, pastinya sudah keriput dan sudah rentan dengan penyakit umur. Terkadang saya pribadi sering bertanya, apa sih yang sudah diprestasikan Indonesia di usianya yang sudah “lansia” ini? Bukankah harusnya di usia ini, Indonesia sudah bisa menikmati hasil karya di masa lalunya? Lalu kenapa sekarang negara ini dari dulu hanya bercokol sebagai negara berkembang?
Memajukan sebuah negara adalah hal yang sangat sulit dan membutuhkan proses yang panjang. Indonesia sudah berusia lebih dari 70 tahun sejak kemerdekaannya. Jika diibaratkan manusia, pastinya sudah keriput dan sudah rentan dengan penyakit umur. Terkadang saya pribadi sering bertanya, apa sih yang sudah diprestasikan Indonesia di usianya yang sudah “lansia” ini? Bukankah harusnya di usia ini, Indonesia sudah bisa menikmati hasil karya di masa lalunya? Lalu kenapa sekarang negara ini dari dulu hanya bercokol sebagai negara berkembang?
Mungkin itu hanya pertanyaan yang mengada-ada. Tapi saya yakin, ada orang lain yang memikirkan hal yang sama dengan saya. Bagaimana pun saya tetap sepakat bila dikatakan menjadi negara maju tidak bisa diukur dari usianya. Tidak ada kepastian kapan sebuah negara bisa maju, tetapi kita sesungguhnya bisa menentukan cepat atau lambatnya kemajuan itu tercipta. Lalu apa hal mendasar yang bisa membuat negara kita maju?
Sebenarnya, parameter dan indikator bakal majunya sebuah negara adalah majunya desa-desanya. Jika pemerintah fokus pada membangun desa hingga mandiri, maka sangat besar kemungkinan negara akan cepat maju. Kenapa harus desa?
Sebenarnya, parameter dan indikator bakal majunya sebuah negara adalah majunya desa-desanya. Jika pemerintah fokus pada membangun desa hingga mandiri, maka sangat besar kemungkinan negara akan cepat maju. Kenapa harus desa?
Fakta pertama, kemiskinan lebih banyak bersarang di desa. Keberadaan 28,5 juta penduduk miskin Indonesia ada di pedesaan seperti pesisir, pegunungan dan daerah perhutanan. Selama ini, pemerintah cenderung fokus di kota (city centered). Ujung-ujungnya, desa selalu terbengkalai, kemiskinan semakin menyekik dan jumlahnya terus bertambah. Kita tahu indikator penilaian maju tidaknya sebuah negara adalah jumlah penduduk miskinnya. Artinya jika pemerintah terus abai dan hanya memprioritaskan perkotaan daripada pedesaan, sampai kapan pun negara ini tidak akan pernah maju.
Pemerintah jika dengan tegas dan serius menjadikan Indonesia maju semestinya serius juga memperhatikan kondisi kehidupan rakyat di desa. Hal yang paling lemah di desa adalah pendidikan. Memang pendidikan kita kini tak mahal seperti 15 tahun lalu yang mana warga harus mikir untuk sekolah. Permasalannya adalah mutu pendidikan kita yang stagnan di desa. Salah satu buktinya dilihat dari jumlah siswa kontingen olimpiade internasional yang diutus dari Indonesia 90 persen diwakilkan siswa yang bersekolah di kota. Jika pun ada dari desa, itu hanya satu dari puluhan kontingen. Parahnya adalah realita itu tak pernah berubah.
Untuk pendidikan di desa, pemerintah mesti menjamin kelengkapan sarana dan prasarana sekolah. Yang perlu difasilitasi seperti laboratorium lengkap, gedung yang memadai dan nyaman, kualitas guru, perlengkapan ekstrakurikuler/keterampilan, dan perpustakaan dengan buku-buku berkualitas dan up to date. Jauh lebih penting perpustakaan di desa- desa daripada di gedung DPR yang saya pikir tak relevan dengan suara rakyat.
Selain rendahnya mutu pendidikan di desa, hal yang membuat desa tak maju adalah stagnansi perekonomiannya. Di desa, banyak keluarga berpenghasilan rendah. Rata-rata penduduk bermata pencaharian menjadi buruh kerja di sawah, kebun dan usaha kecilan orang lain yang penghasilannya belum mencukupi kebutuhan sehari-hari. Rumah warga disana banyak terbuat dari kayu yang mulai rapuh. Mirisnya, kondisi ini tak berubah sejak orde baru hingga reformasi.
Di sinilah pemerintah harus berperan aktif. Sudah saatnya pemerintah daerah keluar dari zona aman yang hanya mengukur daerahnya dari perkotaan. Sebagaimana yang dibudayakan Presiden Jokowi, pemda diharapkan mau blusukan ke desa. Justru saat mengunjungi desa dan mencaritahu kondisi warga itulah pemerintah punya banyak ide bagaimana cara memajukan daerah beserta penduduk di dalamnya.
Fakta kedua, sumber daya alamnya (SDA) yang sangat potensial. Masih banyak wilayah desa yang berlimpah hasil bumi dan bisa diolah untuk berbagai tanaman produktif. Jika dikelola dan diakomodasi pemerintah, maka penghasilan desa akan meningkat. Di alam Indonesia yang ada di desa, hampir semua jenis tanaman bisa tumbuh.
Namun, kini hasil alam desa tak masuk ke kantong warga. Entah kemana bermuara. Pastinya, ada tangan-tangan tak bertanggung jawab yang mengeksploitasi alam dan masyarakat desa. Hal ini mungkin saja terjadi karena intervensi pemda sangat minim dan abai. Seandainya, pemerintah memakai tenaga rakyat dengan bijak dan manusiawi, maka mengentaskan kemiskinan sebagaimana cita-cita bangsa kita, akan mudah terwujud. Dan itu bisa diwujudkan dari desa.
Fakta ketiga, perangai baik warga desa bisa menjadi sinergi baru untuk menciptakan Indonesia maju. Seberapa banyak pun kekayaan sebuah negara, namun jika perangai para aparatur negara dan warga negaranya buruk atau salah satunya, maka negara itu akan hancur. Namun walaupun negara itu miskin harta, namun jika pemerintah dan rakyat bersinergi, satu visi, dan saling percaya, maka semua harapan dan cita-cita bangsanya untuk maju pasti akan terealisasi.
Sinergi itulah yang belum tercipta di negeri ini. Masih banyak rakyat tak percaya kepada pejabat negara, baik pemerintah pusat atau daerah apalagi anggota DPR/D yang notabene penampung aspirasi rakyat. Justru yang terlihat selama ini, wakil rakyat tak merakyat, program pemerintah masih ada yang tak pro rakyat, warga negara tidak peduli dengan program pemerintah, dan banyak pertikaian yang dipertontonkan oleh pejabat di layar televisi yang merusak pola pikir generasi muda.
Jadi, jika pemerintah memanfaatkan kebaikan hati warga desa dan bekerjasama dengan baik layaknya satu keluarga, pastinya itu menjadi titik awal mulainya misi memajukan bangsa ini. Warga desa jika diperlakukan dengan baik, jujur dan manusiawi, pasti mereka dengan legawa bekerja keras membangun desanya dan menyukseskan seluruh program pemerintah.
Dalam uraian ini, saya tidak sedang mengabaikan peran perkotaan dan warganya untuk kemajuan bangsa. Kota dan penduduknya juga punya andil besar dalam mewujudkan Indonesia maju. Namun, yang saya tekankan adalah sudah saatnya kita membenahi bangsa ini dari akar permasalahannya. Jangan lagi kita statis membuat kebijakan yang tidak solutif untuk masalah klasik yang selama ini membelenggu impian kita untuk menjadi negara maju. (***)
No comments:
Post a Comment