Tuesday, June 7, 2016

TUHANLAH GEMBALAKU

Yordania
10 Februari 1990, aku duduk di bandara. Aku merenungkan kehidupanku dimasa lalu, yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Tidak lama lagi pesawat yang akan membawaku ke Yordania akan berangkat. Dan setelah itu, kehidupanku akan berubah. Aku akan menikah dengan pria pilihan ayah, dan aku tidak akan pernah dapat kembali ke Amerika, kecuali suamiku memutuskan untuk pindah ke Amerika.

Tinggal dan Sekolah Yordania

Aku lahir di Yordania. Ketika usiaku delapan tahun, ayah memutuskan untuk pindah kerja ke Amerika. Ayah seorang yang taat akan adat istiadat orang Arab, dan menerapkan kepada anak-anaknya. Itulah sebabnya ayah mengirim aku sekolah di Yordania.
Di Yordania aku tinggal di rumah saudara, tetapi aku masih sering pulang ke Amerika mengunjungi keluargaku. Aku sangat senang tinggal di Yordania.
Aku tidak pernah lupa untuk beribadah. Seperti berdoa lima kali sehari, berpuasa, dan membaca Al-Quran. Aku ingin melakukan yang terbaik dan taat pada Allah. Namun semakin aku menghabiskan banyak waktu untuk beribadah, aku merasa semakin jauh dari Allah. Yang aku mengerti, Islam mengajarkan menyembah Allah, agar dapat masuk sorga. Maka, menyembah Allah adalah hal terpenting bagiku.

Menikah Karena Paksaan Ayah

Di usia 23 tahun, ayah memintaku untuk segera menikah. Beberapa pria Muslim datang melamar, tapi selalu aku tolak. Aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak aku kenal. Ayah heran dengan sikapku, menurutnya cinta akan datang setelah perkawinan, bukan sebelumnya.
Karena aku selalu menolak setiap pria yang datang melamar, ayah pun mencoba untuk memaksaku. Aku diminta untuk kembali ke Yordania dan tinggal di sana hingga aku menikah. Di Yordania, aku tinggal ditemani adikku yang baru berusia enam belas tahun.

Marah dan Berontak

Melihat kenyataan yang harus aku hadapi, aku sangat marah. Bagaimana mungkin aku harus menikah dengan pria pilihan ayah. Aku tahu, bila aku menghindari pernikahan itu, akan membawa aib bagi keluarga dan mempermalukan mereka. Inilah dilema yang harus aku hadapi.
Aku marah pada ayah dan Allah. Pada ayah atas apa yang dia lakukan dalam hidupku. Kepada Allah karena Dia mengijinkan semua itu terjadi. Hari itu, aku memutuskan untuk berhenti berdoa dan menyembah Allah seperti yang aku lakukan selama ini.
Aku memutuskan untuk tidak naik ke pesawat dan pulang ke Yordania. Aku melarikan diri dari pernikahan yang harus aku jalani. Enam belas jam kemudian, pesawat yang seharusnya membawaku ke Yordania tiba. Ayah sudah menunggu di bandara. Ketika ia menyadari aku tidak berada di pesawat, ia menelpon saudaraku dan mencari tahu keberadaanku.

Hubungan Dengan Keluarga Dipulihkan

Empat tahun berlalu. Selama waktu itu aku telah bergabung dengan pasukan nasional, bertemu dengan teman baru dan memulai hidup yang baru. Aku sangat merindukan keluargaku. Aku mulai mencoba  menghubungi mereka, dan pada akhirnya hubungan kami pun membaik.
Aku kagum melihat bagaimana keluarga dapat menerimaku kembali. Aku mulai melihat kasih karunia Tuhan dalam hidupku. Dia tidak mengabaikanku selama ini. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa kasih dan rahmat-Nya. Dia melindungiku, memberiku keberanian, hikmat, dan kekuatan untuk bertahan hidup sendiri. Aku merasa malu pada Allah karena telah meninggalkan-Nya. Aku pun kembali rajin beribadah.

gerejaPergi ke Gereja

Aku mulai berbicara lagi pada Tuhan. Aku tidak mengerti atas apa yang telah terjadi dalam hidupku. Tetapi aku harus menerimanya karena aku tahu, Dia melakukan beberapa hal karena satu alasan. Suatu malam, aku melihat seorang wanita dan anjingnya berjalan di depan apartemenku. Kami pun berkenalan dan mulai akrab. Dia juga mengundangku untuk pergi ke gerejanya.
Di gereja, aku mendengarkan kotbah seorang pendeta. Aku sangat menikmatinya. Terkadang  pendeta mengatakan bahwa Isa Al-Masihadalah Tuhan dalam rupa manusia. Tapi dia juga mengatakan Isa adalah Anak Allah. Saat itu aku pikir pasti pendetanya bingung, bagaimana mungkin Isa adalah Allah dan juga  Anak Allah? Sungguh tidak masuk akal.

Siapakah Yesus?

Aku jadi semakin sering ke gereja. Suatu hari pendeta mengatakan bahwa Muslim tidak mengenal Yesus Kristus. Tentu saja Muslim tahu siapa itu Yesus; pendeta salah mengutarakan hal ini, dan aku harus meluruskan kebenaran ini. Setelah ibadah selesai, aku menemui pendeta dan berkata padanya bahwa aku adalah seorang Muslim. Aku tahu siapa Yesus kristus. Ia meminta maaf karena telah membuat pernyataan yang tidak benar, dan berkata,  "Saya tahu bahwa Muslim percaya Yesus hanyalah seorang nabi" Pernyataan pendeta itu memaksaku untuk mencari kebenaran.
Aku yakin nabi Muhammad adalah utusan terakhir dan Al-Quran adalah wahyu terakhir dari Allah. Al-Quranmenceritakan dengan sangat jelas bahwa Yesus adalah seorang nabi yang lahir dari seorang perawan. Dia melakukan banyak keajaiban termasuk membangkitkan orang mati dan menyembuhkan orang sakit. Dalam Al-Quran, Yesus tidak pernah mengatakan kepada siapa pun untuk menyembah Dia, tapi hanya sujud menyembah pada satu Allah yang benar.

Mencari Kebenaran

Aku mulai bertanya-tanya, mengapa Kristen dan Islam sangat berbeda. Semakin aku banyak mendengar kotbah pendeta di gereja dan membaca buku, semakin aku bingung dan tidak tahu apa yang harus aku percaya. Bagaimana mungkin aku mengkhianati keluarga dan Allahku, jika aku percaya pada Yesus Kristus. Dalam kebingungan, aku terus melanjutkan mencariku.
Aku membutuhkan sebuah jawaban, tetapi aku tidak tahu harus bertanya pada siapa. Aku memutuskan untuk bicara dengan pendeta, mereka mencoba merekomendasikan seminari profesor. Waktu aku berbicara dengan profesor, apa yang selama ini tidak aku mengerti, mulai aku pahami. Aku mulai membandingkan nubuat dalam Perjanjian Lama dan bagaimana nubuat tersebut digenapi dalam Perjanjian Baru. Hingga akhirnya, aku percaya pada penyaliban Yesus Kristus.
Satu-satunya yang masih mengganjal dalam pikiranku, tentang Yesus adalah Tuhan sebagai bagian dari Tri-Tunggal Allah. Aku pikir, "Dalam keadaan apapun, aku tidak dapat percaya bahwa Yesus adalah Tuhan; itu adalah penghujatan!" Apakah aku harus mengakhiri pencarian ini atau harus menantang Yesus? Tidak mungkin aku menjadi Kristen kecuali aku percaya pada kekekalan Yesus.
Di minggu pagi, aku pergi ke gereja dan pendeta sedang berbicara tentang doa. Dia berkata, "Ketika aku berdoa meminta petunjuk untuk sesuatu, aku berkata: Ya Allah, jika ini adalah kehendak-mu, bukakan pintu itu terbuka lebar atau tutup pintu itu rapat-rapat."
Segera setelah sampai di rumah aku berdoa, " Tuhan, jika Engkau menginginkan aku untuk menjadi pengikut Yesus , bukakan pintu itu terbuka lebar atau tutup lah rapat-rapat. " Seminggu berlalu tidak terjadi apa-apa.

Mendapatkan Jawaban

Suatu minggu, ketika bangun pagi aku merasa gelisah atas pencarianku. Aku putuskan untuk tidak pergi ke gereja hari itu. Seorang pendeta Iran menelepon dan mengatakan dia memerlukan sebuah Al-Quran. Malam harinya, aku menemui pendeta itu dan memberikan Al-Quran yang dia minta.
Ketika aku tiba, dia bertanya apa yang sedang aku cari. " Aku percaya akan penyaliban Yesus Kristus, tapi aku tidak percaya akan kekekalan-Nya ", jawabku. Aku juga mengatakan, bahwa selama mempelajari kehidupan Yesus, tidak seorang pun dalam sejarah yang dapat dibandingkan dengan-Nya. Lalu pendeta itu bertanya, " bila anda berpikir bahwa Yesus begitu mengagumkan dan percaya Dia meninggal di kayu salib karena dosa manusia, apakah anda akan mengakuinya di hadapan Allah? "
mobilCukup lama kami berdiskusi, dan sebelum pulang, kami berdoa bersama. Pendeta itu memintaku untuk terus berdoa, membaca Alkitab, dan memberitahu semua orang akan apa yang barusan aku lakukan. Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Dalam mobil, aku mencoba merenungkan apa yang dia disampaikan. Aku mulai shock dan berkata "apakah Allah benar-benar menginginkan aku melakukan semua ini?" Aku mulai menangis ketika menyadari apa yang telah terjadi. Aku berontak terhadap Yesus. Aku ingin Dia mengungkapkan diri-Nya dengan cara yang aku mau, tetapi Dia memperkenalkan diri-Nya dengan cara-Nya sendiri. Kini semua menjadi jelas, Yesus ingin aku berjalan dengan-Nya, dan bukan menantang-Nya.

Mengetahui Kasih Allah Untukku

Aku bersyukur, Tuhan telah menjadi gembalaku selama hidupku. Dia telah ada selama ini ketika aku sangat membutuhkan-Nya dan bahkan ketika aku terpikir tidak membutuhkan-Nya. Ia telah membawaku ke jalan yang tidak pernah aku impikan. Di atas semuanya, aku merasa kagum karena Ia mengasihi aku begitu nyata. Dia mengirim Yesus untuk mati di kayu salib bagiku! Dia telah merendahkan diri-Nya dan membuatku berharga di hadapan-Nya.

No comments:

Post a Comment