Meratapi nasib berlama-lama hingga keluar air mata darah hanya akan memperburuk keadaan. Tak akan ada yang berubah. Mengubah nasib tidak dapat dengan keluh kesah, ratap tangis, ataupun bermenung dan melamun sepanjang hari. Karena itu, berhentilah melamun.
Bangun dan melangkahlah! Bukankah ada peribahasa yang mengatakan ”A thousand miles of a journey, begin with one step?”. Sejauh apa pun hasrat hati untuk melanglang buana, selalu harus dimulai dengan langkah pertama. Tanpa melangkah, kita akan terpaku dan terpancang di tempat. Artinya, tidak akan ada yang berubah selama kita tdak mau melangkah. Karena itu, cara efektif untuk mengubah nasib adalah dengan jalan mulai melangkah.
Langkah Pertama: melangkah, artinya menapakkan kaki untuk maju. Melangkah untuk menghadapi segala problema hidup, betapa pun pahit dan getirnya. Inilah langkah awal dari cara untuk mengubah nasib. Jangan lari dari kenyataan karena orang yang lari dari kenyataan hidup, berarti sudah kalah total. Dan hidup ini adalah sebuah petarungan. Siapa yang kalah total, tidak lagi berhak mendapatkan kesempatan untuk memenangkan pertarungan.
Langkah Kedua: pahami bahwa di dunia ini tak akan ada yang mampu menggubah nasib kita, kecuali diri sendiri sendiri. Dalam kalimat lain, jangan mempercayakan nasib kita di tangan orang lain karena masing-masing orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Always be your self. Yakinkan diri bahwa di mana ada kemauan, pasti di sana akan ada jalan. Yakinkan diri bahwa sesudah malam, pasti akan datang pagi dan mentari akan bersinar lagi,
Langkah Ketiga: menyakinkan diri kita bahwa kalau orang lain bisa sukses, kita pun bisa. Mengubah persepsi tentang hidup berarti mengubah sikap mental, maka perilaku juga akan berubah. Jangan pernah menyerah, apalagi sampai putus asa karena bila orang sudah putus asa, berarti sudah menutup jalan hidupnya sendiri. Dan tak akan ada orang yang dapat menolong, Ibarat orang tidak bisa menolong orang yang tenggelam bila yang bersangkutan sendiri tidak mau ditolong.
Langkah Keempat: berhentilah melecehkan diri sendiri. Kalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, bagaimana pula orang lain bisa menghargai kita. Ada seribu alasan untuk tidak mau berubah: saya sudah tua, saya bukan sarjana, saya masih terlalu muda, saya tidak punya modal, saya kurang sehat, tidak ada yang mendukung saya dan seterusnya. Namun, hanya ada satu alasan untuk berubah, yakni ‘saya mau mengubah nasib!” Jangan terpana pada urusan sarjana ataupun tidak. Tengok bukti dan fakta dalam kehidupan bahwa orang-orang yang sukses bukanlah orang yang luar biasa dan bukan juga orang yang menyandang title berlapis-lapis, tapi adalah orang biasa biasa saja, namun memiliki tekad yang luar biasa
Langkah Kelima: Setiap manusia harus memiliki cita-cita atau impiannya masing-masing karena orang yang hidup tanpa cita-cita adalah ibarat berjalan tanpa tujuan. Tentukanlah target yang ingin kita capai. Hal ini akan menjadi motivasi diri. Karena motivator terbaik di dalam hidup ini adalah diri kita sendiri. Seperti kata Bung Karno, "Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang-bintang di langit." Kendati kelak kita tidak sampai ke langit, minimal kita sudah berubah.
Langkah Keenam: Do it now! Lakukanlah sekarang! Jangan membiasakan diri untuk menunda karena menunda akan memperlemah kemauan kita untuk melakukannya. Menunda berarti menutup peluang bagi diri sendiri. Menunda berarti juga meniadakan kesempatan untuk berubah. Jangan lupa, terkadang kesempatan hanya datang sekali saja dalam hidup ini. Bila kesempatan itu diabaikan, seumur hidup belum tentu kesempatan yang sama akan dapat diperoleh lagi.
Langkah Ketujuh: Memahami dan menghayati bahwa pada nasib kita akan tergantung juga nasib keluarga kita. Oleh karena itu, bila kita menyia-nyiakan kesempatan untuk mengubah nasib dan kelak keluarga kita hidup menderita, hal itu adalah karena kesalahan kita. Ada pepatah kuno yang tetap up to date untuk disimak dan dijadikan pedoman, yakni “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”.
B.B.M.
Kesimpulan bahwa secara singkat kesemuanya bermuara pada B.B.M. Yakni
1.Berkerja keras dan pantang menyerah
2.Berdoa
3.Menunggu dengan sabar
Catatan Penulis: tulisan ini adalah inti sari dari biografi pribadi dari penulis artikel ini. Tujuh tahun hidup sengsara dan menderita lahir batin, tak ada sahabat dan kerabat yang mendekat. Berkat kerja keras dan tak pernah menyerah, akhirnya dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, kami sekeluarga kini dapat menikmati hidup layak. Suatu hal yang menurut logika manusia mungkin dianggap mustahil bagaimana seorang penjual kelapa bisa mengubah nasibnya menjadi pengusaha dan kini menikmati hidup di tengah kasih sayang anak-anak, mantu, dan cucu-cucu serta mantu cucu kami. Sungguh Mahabesarlah Tuhan!
Semoga ada manfaatnya
Western Australia, 10 Juni, 2016
Tjiptadinata Effendi
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/jangan-meratap-bangun-dan-melangkahlah_575a2c2a84afbd9504b34b32
No comments:
Post a Comment